KUPANG, TIMEX-DPD Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Provinsi NTT ingin memperkenalkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di NTT kepada masyarakat. BPR selama ini lebih dikenal dengan lembaga keuangan khusus perkreditan. Padahal, fungsi BPR sama seperti bank umum, yakni fungsi intermediasi, menghimpun dan menyalurkan dana.

Demikian hal ini terungkap dalam raapt persiapan Musyawarah Daerah (Musda) Ketiga Perbarindo NTT yang berlangsungdi Bank Christa Jaya Kupang, Senin (13/2). Hadir dalam rapat tersebut, dewan pengawas, Christofel Liyanto yang juga Komisaris Utama Bank Christa Jaya, Ketua DPD Perbarindo NTT Hendrika Thionardi yang juga Direktur Bank Central Pitoby, Sekretaris Robert Fanggidae yang juga Direktur Utama Bank TLM, Wakil Sekretaris Lanny Tadu yang menjabat Direktur Bank Christa Jaya Perdana dan Ketua Bidang Pendidikan dan SDM Dominggus Lee, Direktur Bank Nusantara Abdi Mulia (NAM).

Hendrika jelaskan, musda yang digelar di Hotel Sylvia Kupang tanggal 6 Februari 2017 itu akan berlangsung sehari dengan beberapa agenda. Usai seremonial pembukaan yang dihadiri Gubernur NTT Frans Lebu Raya, dilanjukan dengan pertanggunjawaban pengurus masa bakti 2013-2017. Selanjutnya, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto akan menjadi pembicara utama dalam seminar tentang peluang dan tantangan industri BPR tahun 2017.
“Musda kali ini agak besar, karena mungkin orang belum terlalu kenal tentang Perbarindo. Sehingga, kita mau perkenalkan seluruh bank yang tergabung di dalam Perbarindoini,” jelas Hendrika.

Dijelaskan, selain mengundang pihak pemerintah, pihaknya juga mengundang pengusaha dan asosiasi-asosiasi pengusaha untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Dia sebutkan, saat ini DPD Perbarindo NTT beranggotakan 11 bank, yakni enam di Kota Kupang dan sisanya, Bank Tanjung Pratama dan Bank Danamas Belu di Atambua Belu, Bank Lugas Ganda di Ruteng, Bank Bina Usaha Dana di Larantuka dan Bank Talenta Raya di Waingapu Sumba Timur.

Enam bank di Kota Kupang, yakni Bank Central Pitoby, Bank Tanaoba Lais Manekat (TLM), Bank Christa Jaya Perdana, Bank Timor Raya Makmur, Bank Sardinar Kencana dan Bank Nusantara Abdi Mulia (NAM). Ke-11 bank tersebut disebutkan saat ini memiliki total aset mencapai Rp 600 miliar. Dijelaskan, agenda lainnya adalah pelantikan pengurus baru yang akan dipilih secara musyawarah mufakat pada pramusda.

Melalui musda tersebut, Perbarindo berharap BPR semakin tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing di tengah perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif. “Kita juga ingin mengubah pikiran masyarakat, bahwa BPR itu bukan hanya kredit saja. Karena jarang orang mau simpan uang di BPR karena berpikir hanya bisa kredit. Padahal tidak. Kita juga bisa terima tabungan dan bunganya lebih besar dari bank umum, bahkan kami juga dijamin LPS. Jadi tidak usah kuatir untuk simpan dana di BPR,” kata Dominggus Lee.

Hal senada juga diungkapkan RObert Fanggidae. Menurut Bobby, sapaan Robert, tantangan saat ini adalah kepercayaan masyarakat terhadap BPR yang harus terus dipupuk. Salah satunya dengan mengubah stigma tentang bank perkreditan. BPR ini bank yang memiliki fungsi intermediasi sama dengan bank umum, yakni menghimpun dan menyalurkan dana, itulah bank,” terang Bobby.

Anggota Dewan Penasehat yang juga Komisaris Utama Bank Christa Jaya mengakui, persaingan industri perbankan di Indonesia semakin ketat. Secana nasional misalnya, jumlah BPR di NTT jauh lebih sedikit dari provinsi lain. Belum lagi terkait aset yang sangat jauh di bawah rata-rata nasional. Saat ini terdapat lebih dari 1.600 BPR dengan rata-rata aset mencapai Rp 3 triliun. Jumlah BPR di NTT memang lebih banyak dari Maluku dan Papua yang jumlahnya di bawah 10. Namun total asetnya lebih besar dari total aset seluruh BPR di NTT.(cel)